Hai,
Dewie Ratnasari di usia 19 tahun
Dimalam ini biarkanlah dirimu merenung dan cobalah menjawab
pertanyaan dari semua kondisi yang kau anggap tak masuk akal. Selama ini mata
mu hanya melihat kagum dan mulut mu
hanya bisa mengucapkan “Hebat” dan “kok Bisa?”
Tapi pernahkah kau bertanya kepada dirimu sendiri ?
“kenapa aku tidak bisa?”
Melihat jauh teman-teman di masa sekolah dasar dulu. Ya,
mereka adalah masa lalu-mu yang sekarang sudah jauh berada di masa depan. Can you
see they light in the future from the past
and from where you stand now? Yes, absolutly you can. Mungkin ini kata – kata yang pantas untukmu “Kenapa
kau masih tidur, lihat! Bahkan asap keretanya sudah tak terlihat lagi.”
Kamu tahu Kaki mungil mereka sudah merasakan dinginnya salju
di tanah eropa dan mata mereka sudah menatap seorang pengajar luar biasa di salah
satu universitas di Amerika. Mata mereka
juga sudah merasakan indahnya kembang api di tengah – tengah gemerlap
lampu-lampu di sepanjang Times Square. Lihatlah lemari pakaian mereka yang
sudah memiliki empat jenis pakaian untuk empat musim yang berbeda. Mereka yang dahulu sama – sama memakai sendal
jepit bermerek swallow untuk pergi kemasjid sekolah, sekarang sudah tidak lagi
menginjak genangan air yang kotor tapi hamparan salju di musim dingin dan
berbagai daun-daunan di musim gugur.
Apakah kau malu? Apakah kau hanya bisa terkejut dan kemudian
diam saja? Apa yang kau rasakan jika kau kembali berkumpul dengan mereka di
suatu acara reuni? Apakah kau akan mengumpat? Atau berpura – pura sakit agar
kau memiliki alasan untuk tidak datang? Hai Dewie di usia 19 tahun, bisakah kau
membalas suratku di masa depan atau beberapa tahun lagi? Balas lah surat ku ini
dengan hati penuh kebanggaan ketika kau menulisnya.