Boleh Menangis?
Sore itu ketika aku terbangun
dari tidur-ku. Perasaan sepi menyelimuti seperti kehilangan arah dan mencari
sesuatu yang sesunguhnya aku-pun tak tahu apa yang sebenarnya dicari. Kemudian
aku pun pindah berbaring di kursi panjang yang ada di ruang tamu. Seketika, air
mata dengan tanpa izinnya menetes.
Kesepian
Aku kesepian
Hampir dua minggu dari hari itu,
ketika perasaan yang berhasil membuatku tersenyum lebar. Ketika akhirnya aku kembali
dari pelayaran setelah hampir enam bulan berada di tengah samudera dengan segala
terpaan ombak di semester tiga. Membayangkan tempat yang akan aku kunjungi
untuk mengingatkan memori waktu sma dulu. Membayangkan betapa bahagianya senda
gurau yang akan aku rasakan kembali bersama teman-teman yang “mungkin” aku rasa
paling dekat di bangku SMA dulu.
Tapi, sampai sudah dua minggu
sejak aku membayangkan perasaan itu, bayangan itu tetap menjadi bayangan.
Mereka yang sudah kutunggu untuk kutemui disaat aku ingin tersenyum, ketika
tubuh ini sudah lelah dengan pelayarannya, memilih terus berlayar dan seakan
tak mau kembali. Melambaikan tangan dan terseyum sambil terus berlayar pergi
menjauh.
Ya, Pergilah berlayar bersama
kapal besar dan mewah, kapal yang membutuhkan waktu yang lama untuk berbalik
atau bahkan menoleh. Pergi sejauh mungkin untuk mencapai mimpimu. Tapi ingatlah
ketika perahu kecil yang aku naiki saat ini tak sebesar kapal yang kau naiki , akan selalu ada tempat yang cukup nyaman untung menampung mu ketika kapal besar yang
kau tumpangi tenggelam dan membuatmu tercebur ke dalam air laut yang asin.
“Sometimes life knocks you on your ass... get up, get up, get up!!! Happiness is not the absence of problems, it's the ability to deal with them.”
BalasHapus